Upaya saling menasihati dalam kebaikan merupakan salah satu jalan yang bisa menyelamatkan seseorang dari kerugian dunia dan akhiratnya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَٱلۡعَصۡرِ ١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran, serta nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al-‘Ashr: 1—3)
Sikap saling meminta dan saling memberi nasihat adalah interaksi kemasyarakatan kaum muslimin yang dianjurkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menyebutkan enam perkara yang merupakan hak dan kewajiban seorang muslim atas saudaranya salah satunya iyalah memberikan nasihat.
فَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ أَخُوكَ فَانْصَحْ لَهُ
“Jika saudaramu meminta nasihatmu, berilah nasihat untuknya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Nasehat adalah cinta. Saling menasehati itu tanda cinta. Karena nasehat berarti menginginkan kebaikan pada orang lain. Kita ingin saudara kita itu jadi baik ketika dinasehati, bukan ingin mereka direndahkan atau disalahkan. Inilah dasar nasehat.
Lihat saja di awal bahasan bab kajian buku, Imam Nawawi menyampaikan ayat bahwa setiap muslim itu bersaudara. Dan di akhir bab, beliau sampaikan hadits yang menunjukkan bahwa di antara bentuk cinta adalah menginginkan kebaikan pada orang lain sebagaimana kita ingin orang lain seperti kita. Ini menunjukkan bahwa saling menasehati itu didasarkan karena kita adalah bersaudara sehingga kita ingin agar saudara kita pun menjadi baik. Dan juga menunjukkan bahwa bentuk kasih dan sayang terhadap sesama muslim adalah dengan saling menasehati.
Maka tidaklah tepat sikap sebagian orang yang berucap, biarkan sajalah saudara kita beramal seperti itu. Padahal amalan yang dilakukan tidak ada tuntunan. Biarlah mereka jadi pengagung kubur para wali. Padahal seperti itu adalah tingkah laku orang musyrik yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perangi di masanya. Jika memang benar kita mencintai saudara kita sesama muslim, maka nasehatilah mereka supaya terhindar dari syirik, bid’ah, dan berbagai macam maksiat lainnya. Karena arti nasehat -menurut para ulama- adalah menginginkan kebaikan pada orang lain. Sebagaimana kata Al Khottobi rahimahullah,
النصيحةُ كلمةٌ يُعبر بها عن جملة هي إرادةُ الخيرِ للمنصوح له
“Nasehat adalah kalimat ungkapan yang bermakna memberikan kebaikan kepada yang dinasehati” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 219).
Sudah tidak asing bagi kita tentang keutamaan menyampaikan nasihat, karena nasihat adalah salah satu bentuk perwujudan amar ma’ruf nahi mungkar. Banyak sekali dalilnya baik dari al-Qur’an maupun as-Sunnah. Nasihat yang benar, yang dibangun di atas al-Qur’an dan as-Sunnah, wajib didengar dan diterima, karena nasihat tersebut adalah agama dan pemberian yang sangat berharga dari saudara kita. Orang yang menerima nasihat berarti dia telah berusaha untuk menyelamatkan dirinya dari kebinasaan dan kerugian.
Sebaliknya, orang yang menolak nasihat berarti dia telah menghadapkan dirinya ke dalam jurang kebinasaan, sebagaimana yang dialami oleh umat terdahulu yang dibinasakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala ketika menolak nasihat dari para nabi. Contohnya ialah kaum Tsamud ketika menolak nasihat Nabi Shalih ‘alaihissalam.
The closer you get to the light the greater Your Shadow becomes. Allah is the light, Taqwa is your shadow.
Semakin dekat kamu dengan cahaya, semakin besar pula bayangan yang tercipta. Begitulah, Allah adalah cahayanya, sementara takwa adalah bayangannya.
If you live in a time where sinning is easier, understand that it is a time where the reward of being a person of taqwa is also greater.
jika kamu hidup di masa berbuat dosa itu terlihat lebih mudah, pahamilah bahwa itulah masa di mana pahala untuk menjadi orang bertakwa juga lebih besar.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Menasehati sesama muslim (selain ulil amri) berarti adalah menunjuki berbagai maslahat untuk mereka yaitu dalam urusan dunia dan akhirat mereka, tidak menyakiti mereka, mengajarkan perkara yang mereka tidak tahu, menolong mereka dengan perkataan dan perbuatan, menutupi aib mereka, menghilangkan mereka dari bahaya dan memberikan mereka manfaat serta melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.” (Syarh Shahih Muslim, 2: 35)
Sedangkan, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin saat menerangkan hadits Jabir, yaitu bagaimanakah cara menasehati sesama muslim, maka beliau katakan hal itu sudah dijelaskan dalam hadits Anas: “Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Kata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, “Nasehat adalah engkau suka jika saudaramu memiliki apa yang kau miliki. Engkau bahagia sebagaimana engkau ingin yang lain pun bahagia. Engkau juga merasa sakit ketika mereka disakiti. Engkau bermuamalah (bersikap baik) dengan mereka sebagaimana engkau pun suka diperlakukan seperti itu.” (Syarh Riyadhis Sholihin, 2: 400).
“Agama itu adalah nasihat. “ Kami berkata: “Kepada siapa wahai Rasulullah?” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, dan para imam kaum Muslimin serta segenap kaum Muslimin.” [1].
Nasihat merupakan kata yang ringkas, tapi memiliki makna yang tersirat di dalamnya. Secara bahasa kata nasihat berarti ikhlas. Dikatakan نصحت العسل, artinya: aku menjernihkan madu.[2,3].
Nasihat adalah perkara yang penting sehingga setiap muslim wajib memperhatikan dan melakukannya kepada orang lain. Sampai-sampai Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengambil bai’at atasnya dan selalu mengikat diri dengannya karena sangat memperhatikan masalah nasihat ini.
Hendaklah orang yang memberikan nasihat kepada orang lain meniatkannya semata-mata mengharapkan Wajah Allah subhanahu wa ta’ala serta mencari pahala dan balasan dari-Nya. Sebab, nasihat yang diberikan kepada kaum Muslimin mengandung pahala yang sangat agung.
Hendaklah orang yang memberikan nasihat kepada saudaranya sesama Muslim Memberikannya dalam setiap urusan, baik agama maupun dunia. Maksudnya, dalam perkara-perkara yang ia ketahui atau ia pandang bermanfaat bagi orang tersebut dalam urusan agama dan dunianya.Kapan saja engkau mendapati kesempatan atau peluang untuk memberikan nasihat kepada saudaramu sesama muslim, maka janganlah engkau menahan diri untuk melakukannya. Apabila engkau melihatnya lalai dalam mengerjakan amalan agama yang wajib baginya, maka berikanlah nasihat atas perkara itu. Jika engkau melihatnya jatuh dalam perkara haram, maka berikanlah nasihat kepadanya untuk meninggalkannya.
Hendaknya kita memperbanyak berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar dikaruniai hidayah dan taufik sehingga kita mudah menerima nasihat dan kebenaran. Semoga Allah memberikan kita sifat saling mencintai sesama dengan saling menasehati dalam kebaikan dan takwa.
The highest degree in Iman is that you always regard yourself in the presence of Allah. Derajat iman paling tinggi adalah kamu menyadari bahwa dirimu selalu berada di hadapan Allah.
Terkadang manusia luput akan dosa, dan tenggelam akan kemaksiatannya, maka kita sebagai seorang Muslim yang mencintai saudaranya adalah memberikan nasihat dengan cara yang baik dan mengarahkan untuk kembali ke jalan yang benar. Betapa indahnya jika kita bisa saling nasihat-menasihati di antara sesama kaum muslimin dalam hal kebaikan, dengan memperhatikan adab-adab dan akhlak seorang muslim dalam memberikan nasihat.
So fear Allah as much as you are able and listen and obey and spend (in the way of Allah), it is better for your selves. And whoever is protected from the stinginess of his soul, it is those who will be the successful.
Maka bertakwalah kamu kepada Allah sesuai kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari sifat kikir, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
A woman’s beauty is not in her features, the shade of her skin, or her possessions. True beauty is in her heart, in her Imaan, her Taqwa, and love for her Deen.
Kecantikan seorang wanita itu bukan terletak pada wajahnya, warna kulitnya, atau barang-barang yang melekat di tubuhnya. Akan tetapi kecantikan sejati seorang wanita itu ada di hatinya, di dalam Iman, Takwa dan kecintaannya pada agama. Semoga Allah ‘azza wa jalla selalu senantiasa menghiasi diri kita dengan akhlak-akhlak yang mulia. Wallaahu a’lam. (FAMILY)